Aliefmedia, Jakarta – Penurunan indeks kemacetan di Jakarta menjadi sorotan positif setelah data terbaru dari TomTom Traffic Index 2024 menunjukkan ibu kota berada di peringkat ke-90 kota termacet dunia. Posisi ini jauh lebih baik dibandingkan Bandung yang berada di peringkat ke-12. Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta pun menyampaikan apresiasi terhadap pencapaian ini, yang dianggap sebagai hasil kerja keras bersama.
Gambar Istimewa : sindonews.net
Kepala Dishub DKI Jakarta, Syafrin Liputo, mengungkapkan bahwa kemacetan di Jakarta mengalami penurunan sebesar 10% dibandingkan tahun 2023. “Peringkat Jakarta terkait dengan penanganan kemacetan selama tahun 2024 itu membaik 10%. Tahun lalu, tingkat kemacetan kita berada di angka 53%,” jelasnya dalam konferensi pers di Jakarta Selatan, Rabu (15/1/2025).
Menurut Syafrin, perbaikan ini tidak lepas dari peningkatan kesadaran masyarakat untuk menggunakan transportasi umum. Data menunjukkan tingkat kemacetan menurun menjadi 43% pada 2024, angka yang cukup signifikan dibandingkan tahun sebelumnya.
Kontribusi Transportasi Umum
Keberhasilan ini didukung oleh meningkatnya jumlah pengguna transportasi umum seperti Transjakarta, MRT, dan LRT Jabodebek. Transjakarta mencatat rekor dengan rata-rata 1,3 juta pelanggan per hari sepanjang 2024, jumlah tertinggi sejak layanan ini beroperasi. Sementara itu, MRT Jakarta mencatatkan angka penumpang hingga 138.000 per hari.
“Kita tahu tadi, Transjakarta sempat mencapai 1,3 juta pelanggan per hari. Demikian pula halnya MRT, yang sempat menyentuh angka 138 ribu penumpang,” ungkap Syafrin.
Syafrin juga menambahkan bahwa LRT Jabodebek turut memberikan kontribusi besar dalam mengurangi kemacetan di wilayah Jakarta dan sekitarnya. “Keseluruhannya, kita harapkan tren positif ini terus berlanjut sehingga kinerja lalu lintas di tahun 2025 semakin baik,” tambahnya.
Kolaborasi Semua Pihak
Penurunan kemacetan ini dinilai sebagai hasil dari kerja sama berbagai pihak, termasuk pemerintah, operator transportasi umum, dan masyarakat. Syafrin menegaskan pentingnya peran aktif masyarakat dalam mendukung kebijakan transportasi berkelanjutan. “Ini semua berkat kerja sama semua pihak, termasuk partisipasi masyarakat yang aktif menggunakan layanan angkutan umum,” katanya.
Selain itu, Pemprov DKI Jakarta terus berupaya meningkatkan kualitas dan aksesibilitas transportasi umum agar lebih diminati oleh warga. Langkah-langkah strategis yang dilakukan meliputi peningkatan jumlah armada, perbaikan fasilitas stasiun, hingga integrasi layanan antarmoda.
Tantangan di Tahun 2025
Meski capaian ini patut diapresiasi, Pemprov DKI Jakarta menyadari masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. “Kita harus terus memperbaiki kinerja lalu lintas di tahun 2025 ini. Dengan upaya yang masif dan konsisten, kita optimis angka kemacetan dapat ditekan lebih jauh,” ujar Syafrin.
Dalam waktu dekat, Pemprov DKI berencana meluncurkan program-program baru untuk mendorong lebih banyak warga menggunakan transportasi umum. Hal ini termasuk memperluas jalur Transjakarta, meningkatkan frekuensi MRT, serta mempermudah akses ke stasiun LRT Jabodebek.
Penurunan indeks kemacetan di Jakarta menjadi bukti nyata bahwa penggunaan transportasi umum dapat memberikan dampak positif. Dengan komitmen bersama, Jakarta diharapkan terus bergerak menuju kota yang lebih ramah lingkungan dan nyaman bagi warganya. Momentum ini menjadi pijakan penting untuk mewujudkan lalu lintas yang lebih lancar dan efisien di tahun-tahun mendatang.