China Sebut Tarif Impor Tambahan AS Sebagai Ancaman untuk Stabilitas Rantai Pasokan Global

Aliefmedia, Keputusan Amerika Serikat (AS) untuk memberlakukan tarif tambahan terhadap barang impor asal China terus menuai kritik keras dari berbagai pihak. Tak hanya dinilai merusak

Redaksi

Aliefmedia, Keputusan Amerika Serikat (AS) untuk memberlakukan tarif tambahan terhadap barang impor asal China terus menuai kritik keras dari berbagai pihak. Tak hanya dinilai merusak hubungan bilateral kedua negara, kebijakan ini juga dipandang mengganggu stabilitas pasokan dan produksi global. Pernyataan tersebut disampaikan oleh Perwakilan Tetap China di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) pada Rabu (5/2/2025), sebagaimana dilaporkan oleh sumber resmi.

Tarif Tambahan Melanggar Aturan WTO

Menurut perwakilan China di WTO, kebijakan tarif impor yang diterapkan oleh AS melanggar prinsip-prinsip dasar Perjanjian WTO dan mengancam keberlangsungan sistem perdagangan multilateral. Tarif tambahan sebesar 10% yang diberlakukan terhadap produk-produk asal China dianggap sebagai langkah sepihak yang tidak adil. Dalam upaya melawan kebijakan tersebut, Kementerian Perdagangan China telah mengambil langkah resmi dengan mengajukan gugatan ke WTO.

Langkah AS ini semakin memperburuk ketegangan perdagangan yang sudah berlangsung selama beberapa tahun terakhir. Kebijakan proteksionisme yang diambil oleh Pemerintahan Presiden Donald Trump dinilai kontra-produktif dan dapat memicu efek domino yang mengganggu hubungan dagang global.

Detail Tarif Impor yang Diterapkan AS

Pada 4 Februari 2025, Presiden Donald Trump menandatangani perintah eksekutif untuk mengenakan tarif impor terhadap tiga negara: Kanada, Meksiko, dan China. Berikut adalah detail kebijakan tarif tersebut:

  1. Kanada: Tarif sebesar 25% dikenakan untuk barang impor dari Kanada, dengan pengecualian untuk sumber daya energi yang hanya dikenakan tarif sebesar 10%.
  2. Meksiko: Barang impor dari Meksiko juga dikenakan tarif sebesar 25%. Namun, AS memberikan pembebasan sementara selama satu bulan setelah mendapatkan jaminan dari Meksiko untuk memperketat keamanan perbatasan.
  3. China: Selain tarif bea masuk yang sudah lebih dulu diterapkan, AS menambahkan tarif tambahan sebesar 10% untuk sejumlah produk asal China.

Kebijakan ini menyebabkan reaksi keras dari pihak-pihak terkait, baik di dalam negeri AS maupun di negara-negara yang terdampak. Para analis menyebut bahwa langkah ini berpotensi meningkatkan biaya produksi, memicu kenaikan harga barang, dan memperburuk inflasi global.

China Lakukan Perlawanan di WTO

Sebagai respons terhadap kebijakan tarif tambahan tersebut, Kementerian Perdagangan China telah mengambil langkah tegas dengan mengajukan gugatan ke WTO. Gugatan ini bertujuan untuk menantang kebijakan AS yang dianggap tidak sesuai dengan aturan perdagangan internasional. China juga menegaskan bahwa tindakan sepihak semacam ini dapat menciptakan ketidakstabilan dalam rantai pasokan global, yang pada akhirnya akan merugikan semua pihak.

Pihak China juga menyoroti bahwa kebijakan tarif tersebut tidak hanya berdampak pada hubungan bilateral, tetapi juga pada ekonomi global secara keseluruhan. Dengan adanya gangguan pada rantai pasokan, banyak industri di seluruh dunia yang akan terkena imbasnya, termasuk sektor manufaktur, teknologi, dan perdagangan ritel.

Kebijakan tarif tambahan yang diterapkan oleh AS terhadap China, Kanada, dan Meksiko telah memicu kekhawatiran di kalangan pelaku perdagangan internasional. Langkah ini dinilai melanggar aturan WTO dan berpotensi merusak stabilitas ekonomi global. China, sebagai negara yang paling terdampak, telah mengambil langkah hukum melalui WTO untuk melawan kebijakan ini. Di tengah ketegangan yang terus memanas, penting bagi negara-negara terkait untuk menemukan solusi yang adil dan berkelanjutan demi menjaga stabilitas perdagangan global.

Jika keberatan atau harus diedit baik Artikel maupun foto Silahkan Laporkan! Terima Kasih

Ikuti kami :

Tags

Related Post

Ads - Before Footer