Aliefmedia, Produsen ponsel ternama OPPO dan Realme menghadapi kritik publik setelah ditemukan aplikasi pinjaman online (pinjol) ilegal yang secara otomatis terpasang di sejumlah perangkat mereka. Kejadian ini menjadi sorotan besar di Thailand dan juga telah memicu kekhawatiran di Indonesia.
Awal Mula Masalah
Kasus ini mencuat setelah laporan konsumen di Thailand yang menemukan aplikasi Fineasy terinstal otomatis di ponsel OPPO dan Realme mereka tanpa persetujuan. Fineasy adalah aplikasi layanan keuangan yang menawarkan fitur seperti pembayaran dan isi ulang pulsa. Namun, aplikasi ini ternyata terhubung dengan dua layanan pinjaman ilegal di Thailand dan tidak terdaftar di otoritas keuangan setempat.
Gambar Istimewa : katadata.co.id
Yang membuat situasi semakin pelik adalah fakta bahwa aplikasi ini terpasang melalui pembaruan sistem Over-the-Air (OTA) pada perangkat Android versi 12 ke atas, termasuk ColorOS dan RealmeOS terbaru. Para pengguna tidak memiliki opsi untuk menghapus aplikasi tersebut sepenuhnya dan hanya bisa menonaktifkannya. Hal ini menimbulkan kekhawatiran terkait potensi pelanggaran privasi, termasuk akses ilegal ke data pribadi pengguna seperti kontak dan pengiriman notifikasi tanpa izin.
Dampak di Indonesia
Laporan serupa juga muncul dari sejumlah pengguna OPPO di Indonesia. Mereka melaporkan ketidakmampuan untuk menghapus aplikasi Fineasy yang muncul secara otomatis di perangkat mereka. Situasi ini memicu keresahan di kalangan pengguna, mengingat ancaman potensi penyalahgunaan data pribadi oleh aplikasi ilegal tersebut.
Tanggapan OPPO dan Realme
Setelah mendapat tekanan dari konsumen dan sorotan dari Dewan Konsumen Thailand, OPPO dan Realme menyampaikan permintaan maaf secara resmi. Dalam pernyataan mereka, kedua perusahaan mengklaim telah menghapus fitur pinjaman di aplikasi Fineasy. Mereka juga menjanjikan pembaruan sistem untuk memungkinkan pengguna menghapus aplikasi tersebut secara manual.
Bagi pengguna yang ingin segera menghapus Fineasy, OPPO dan Realme menyarankan untuk menghubungi layanan pelanggan masing-masing. Langkah ini dianggap sebagai respons cepat untuk meredakan kekhawatiran publik.
Desakan Investigasi dan Perlindungan Konsumen
Dewan Konsumen Thailand mendesak pihak berwenang untuk menyelidiki lebih dalam kasus ini. Mereka menilai tindakan pemasangan otomatis aplikasi tanpa izin sebagai pelanggaran serius terhadap hak konsumen. Selain itu, mereka menekankan pentingnya upaya pencegahan agar kasus serupa tidak terulang di masa depan.
Pelajaran bagi Produsen Teknologi
Insiden ini menjadi pengingat penting bagi semua produsen perangkat seluler tentang tanggung jawab mereka dalam melindungi privasi pengguna. Proses penyebaran aplikasi, khususnya melalui pembaruan sistem, harus dilakukan dengan transparansi penuh dan persetujuan pengguna. Selain itu, pengawasan terhadap mitra pihak ketiga juga harus diperketat untuk mencegah penyalahgunaan yang dapat merugikan konsumen.
Kasus Fineasy membuka mata industri teknologi terhadap risiko yang ditimbulkan oleh aplikasi ilegal. OPPO dan Realme kini menghadapi tantangan besar untuk memulihkan kepercayaan pengguna. Konsumen, di sisi lain, diingatkan untuk selalu waspada terhadap aplikasi yang terpasang di perangkat mereka dan melaporkan hal-hal mencurigakan kepada pihak berwenang.
Dengan meningkatnya perhatian terhadap perlindungan privasi dan keamanan data, diharapkan kasus ini menjadi pelajaran bagi industri teknologi untuk lebih bertanggung jawab dalam melayani konsumen di era digital.