Aliefmedia, Jakarta – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dicanangkan pemerintah bertujuan untuk meningkatkan asupan nutrisi para siswa di seluruh Indonesia. Namun, salah satu isu yang mencuat adalah tidak semua siswa mendapatkan susu dalam pelaksanaan program ini. Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono memberikan penjelasan mengenai hal ini.
Gambar Istimewa : detik.net.id
Sudaryono mengungkapkan bahwa keterbatasan stok susu di dalam negeri menjadi alasan utama mengapa tidak semua siswa bisa menerima susu. Saat ini, sebagian besar kebutuhan susu di Indonesia masih dipenuhi melalui impor.
“Susu itu sebenarnya ingin diberikan kepada semua siswa, sesuai dengan harapan Bapak Presiden. Tetapi realitasnya, kita masih mengimpor sebagian besar stok susu,” ujar Sudaryono dalam konferensi pers di Istana Kepresidenan, Jakarta, pada Selasa (14/1/2025).
Sebagai langkah antisipasi, Sudaryono menjelaskan bahwa pihaknya menggantikan susu dengan sumber protein lain yang dapat memenuhi kebutuhan gizi siswa. “Kalau susu masih impor, kita substitusi dengan sumber protein lain terlebih dahulu. Di sisi lain, kami juga tengah mendatangkan sapi hidup untuk meningkatkan produksi susu dalam negeri,” tambahnya.
Upaya Pemerintah dalam Menyukseskan MBG
Sebelumnya, Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi, sekaligus Wakil Kepala BKPM, Todotua Pasaribu, meninjau pelaksanaan program MBG di SDN Lengkong Gudang, Tangerang Selatan, Banten, pada Senin (13/1/2025). Dalam kunjungan tersebut, Todotua memastikan bahwa menu yang disajikan kepada siswa telah memenuhi standar gizi.
Pada hari itu, siswa mendapatkan menu yang terdiri dari nasi, daging bulgogi, tahu, sayur jagung, dan jeruk. Meskipun tidak ada susu dalam menu, Todotua menegaskan bahwa kandungan protein dari bahan makanan yang disajikan sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi harian siswa.
“Kalau di menu sudah ada proteinnya, kami tidak memberikan susu lagi. Tetapi ada kalanya kami juga menambahkan susu. Ini tergantung pada kebutuhan menu hari itu,” jelas Todotua kepada wartawan. Menurutnya, susu memang memiliki kandungan protein ganda, namun pemerintah tetap mengatur agar tidak ada duplikasi sumber protein dalam satu menu.
Todotua juga menambahkan bahwa tidak adanya susu pada menu hari itu bukan berarti kualitas gizi menurun. “Kami sudah cek semua kemasan dan menu. Semuanya sudah sesuai dengan standar gizi yang ditetapkan pemerintah,” katanya.
Langkah ke Depan untuk Kemandirian Susu Nasional
Guna mengurangi ketergantungan pada impor, pemerintah tengah berupaya meningkatkan produksi susu dalam negeri. Salah satu langkah strategis adalah mendatangkan sapi perah hidup yang diharapkan dapat menopang kebutuhan susu nasional dalam jangka panjang.
“Langkah ini memerlukan waktu, tetapi kami optimis dalam beberapa tahun ke depan, Indonesia dapat memproduksi susu sendiri untuk memenuhi kebutuhan domestik,” kata Sudaryono. Selain itu, program-program penguatan peternakan lokal juga terus digalakkan untuk mendukung kemandirian susu.
Pelaksanaan program MBG tetap mendapat perhatian serius dari pemerintah. Meski menghadapi berbagai tantangan, pemerintah berkomitmen untuk terus memperbaiki dan menyesuaikan program agar semakin optimal dalam memberikan manfaat bagi siswa di seluruh Indonesia.
Dengan berbagai upaya tersebut, diharapkan Program Makan Bergizi Gratis tidak hanya mampu meningkatkan asupan nutrisi siswa tetapi juga menjadi langkah awal menuju kemandirian pangan nasional. Siswa sehat, generasi kuat!