Aliefmedia, Suriah – Pada Rabu (29/1), sebuah pengumuman bersejarah mengguncang dunia politik Suriah. Ahmad Al-Sharaa secara resmi ditetapkan sebagai Presiden Transisi Suriah oleh administrasi operasi militer negara tersebut. Penunjukan ini menandai awal dari era baru setelah bertahun-tahun konflik, dan langkah ini sekaligus mencabut Konstitusi 2012 serta membubarkan berbagai institusi yang berafiliasi dengan rezim sebelumnya.
Gambar Istimewa: promediateknologi.id
Langkah ini diambil menyusul runtuhnya rezim Partai Baath pada Desember lalu, yang selama ini menjadi simbol kekuasaan Bashar Assad. Dalam pernyataan resminya, administrasi militer menegaskan bahwa pembubaran parlemen, angkatan bersenjata, dan lembaga keamanan rezim lama merupakan bagian dari visi untuk membangun kembali negara berdasarkan prinsip-prinsip nasional.
Menurut laporan kantor berita resmi Suriah, SANA, keputusan ini juga mencakup pembubaran Partai Baath dan Front Kemajuan Nasional, termasuk semua organisasi, institusi, dan komite yang terkait dengan rezim Assad. Lebih lanjut, pembentukan kembali partai-partai ini dalam bentuk apa pun dilarang secara tegas.
Integrasi Faksi Militer dan Revolusioner
Selain pembubaran institusi rezim lama, seluruh faksi militer, badan politik, dan organisasi sipil revolusioner juga akan dibubarkan. Namun, mereka akan diintegrasikan ke dalam institusi negara guna menciptakan stabilitas dan kesatuan. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa pemerintahan baru akan berfungsi sebagai representasi dari seluruh rakyat Suriah tanpa ada dominasi kelompok tertentu.
Langkah ini, yang disebut sebagai “Kemenangan Revolusi,” disambut dengan antusias oleh berbagai kalangan. Banyak pihak berharap bahwa dengan integrasi ini, Suriah dapat melangkah menuju perdamaian dan rekonsiliasi setelah lebih dari satu dekade dilanda perang saudara.
Rekonstruksi Militer dan Hukum
Salah satu perubahan signifikan yang diumumkan adalah pembubaran angkatan bersenjata rezim Assad. Militer baru akan dibangun kembali dengan mengedepankan prinsip-prinsip nasional dan menjauhkan pengaruh ideologis yang selama ini melekat pada pasukan sebelumnya.
Tidak hanya itu, Konstitusi 2012 dinyatakan tidak berlaku, dan semua undang-undang darurat yang sebelumnya diberlakukan juga dicabut. Sebagai langkah awal untuk membangun pemerintahan yang demokratis, Ahmad Al-Sharaa diberikan kewenangan penuh untuk membentuk dewan legislatif sementara. Dewan ini akan bertugas mengawasi pemerintahan transisi hingga konstitusi permanen disahkan dan diterapkan.
Acara Bersejarah di Istana Rakyat
Pengumuman penting ini disampaikan dalam sebuah acara khusus di Istana Rakyat di Damaskus. Acara ini dihadiri oleh perwakilan faksi militer dan kekuatan revolusioner Suriah, yang bersama-sama merayakan kemenangan atas rezim lama. Momen ini menandai babak baru bagi Suriah, yang selama bertahun-tahun terjebak dalam konflik dan ketidakstabilan politik.
Sementara itu, Bashar Assad, yang telah memimpin Suriah selama hampir 25 tahun, dilaporkan melarikan diri ke Rusia setelah kelompok anti-rezim berhasil menguasai Damaskus pada 8 Desember tahun lalu. Kejatuhan Assad sekaligus mengakhiri kekuasaan Partai Baath, yang telah memerintah Suriah sejak 1963.
Penunjukan Ahmad Al-Sharaa sebagai Presiden Transisi Suriah bukan hanya sebuah langkah besar, tetapi juga menjadi simbol harapan bagi rakyat Suriah. Dengan pembubaran institusi rezim lama, integrasi faksi-faksi revolusioner, dan pembentukan militer baru, Suriah kini berada di jalur menuju pembaruan. Namun, tantangan besar masih menanti, terutama dalam memastikan bahwa transisi ini akan membawa kedamaian dan stabilitas yang berkelanjutan. Hanya waktu yang akan membuktikan apakah era baru ini benar-benar dapat mengubah wajah Suriah selamanya.
