Merger Nissan & Honda Hadapi Tantangan Berat di Pasar China

Aliefmedia, Jakarta – Rencana merger antara Honda Motor dan Nissan Motor tengah menjadi sorotan, terutama karena tantangan besar yang harus dihadapi kedua raksasa otomotif Jepang tersebut

Redaksi

Aliefmedia, Jakarta – Rencana merger antara Honda Motor dan Nissan Motor tengah menjadi sorotan, terutama karena tantangan besar yang harus dihadapi kedua raksasa otomotif Jepang tersebut di China. Meskipun ada potensi besar untuk mengurangi biaya dan memperkuat daya saing, terutama pada segmen kendaraan listrik (EV), rintangan struktural di pasar otomotif terbesar dunia tidak bisa diabaikan.

Gambar Istimewa : monitorindonesia.com

Penurunan Penjualan di China

Honda dan Nissan sama-sama menghadapi penurunan penjualan yang signifikan di China dalam beberapa tahun terakhir. Berdasarkan data perusahaan, keduanya menjual sekitar 2 juta kendaraan di pasar China hingga akhir Maret tahun lalu. Angka tersebut memang masih menjadi yang terbesar kedua setelah pasar Amerika Serikat, namun mengalami penurunan sekitar sepertiga dibandingkan lima tahun lalu.

Tidak hanya itu, pangsa pasar gabungan mereka di China juga menyusut drastis. Dari sebelumnya berkisar 16%, kini hanya tersisa sekitar 8%. Hal ini terjadi di tengah meningkatnya permintaan kendaraan listrik, sementara pemain lokal seperti BYD semakin mendominasi pasar.

Kerugian Finansial di China

Kondisi finansial kedua perusahaan di China juga memperlihatkan tren negatif. Laba komprehensif Honda dan Nissan melalui joint venture (JV) mereka dengan Dongfeng Motor anjlok tajam. Pada tahun 2023, laba JV Nissan hanya mencapai 447 juta yuan (sekitar USD 61 juta), turun 95% dari tahun sebelumnya. Sementara itu, Honda mengalami penurunan hampir 90% pada periode yang sama.

Peluang dan Hambatan Merger di China

Merger Honda dan Nissan memberikan potensi untuk menyederhanakan lini produksi dan rantai pasokan yang ada, terutama melalui kemitraan mereka dengan Dongfeng Motor. Dalam teori, kerja sama ini dapat menciptakan efisiensi operasional yang lebih baik dan membantu kedua perusahaan mengejar ketertinggalan di pasar kendaraan listrik.

Namun, realitasnya tidak semudah itu. Persyaratan kemitraan dengan mitra JV seperti Dongfeng dan GAC masih belum jelas. Hal ini membuat restrukturisasi menjadi sulit untuk direalisasikan. Bahkan jika mitra JV mereka sepakat, prosesnya diperkirakan akan memakan waktu lama. Selain itu, kelebihan kapasitas industri di China membuat penjualan atau pengalihan aset seperti pabrik menjadi tantangan tersendiri.

Ada preseden yang dapat menjadi pelajaran bagi Honda dan Nissan. Misalnya, Dongfeng sebelumnya mengizinkan Mitsubishi Motors – mantan mitranya – untuk keluar dari JV dan menggunakan beberapa fasilitas manufaktur yang ada untuk mengembangkan merek EV lokal mereka. Namun, apakah langkah serupa dapat diterapkan untuk merger Honda dan Nissan masih menjadi tanda tanya besar.

Fokus pada Kendaraan Listrik

Sebagai upaya untuk bersaing dengan merek lokal seperti BYD, Honda dan Nissan tengah mengembangkan sekitar 10 model kendaraan listrik yang direncanakan untuk diluncurkan di China. Dengan basis pelanggan yang serupa, merger ini diharapkan dapat menghasilkan lini produk yang lebih ramping namun lebih efisien.

Namun, waktu menjadi kendala besar. Hingga saat ini, kedua perusahaan belum menunjukkan urgensi untuk mempercepat proses merger. Bahkan, eksekutif Honda baru-baru ini menyatakan bahwa pembicaraan dengan mitra JV di China masih belum dilakukan.

Tahapan Merger dan Harapan Investor

Pada 23 Desember 2024, Honda dan Nissan menandatangani nota kesepahaman untuk mendiskusikan potensi integrasi bisnis selama enam bulan ke depan. Jika kesepakatan tercapai, keduanya berencana mendirikan perusahaan induk pada Agustus 2026, yang akan terdaftar di Bursa Efek Tokyo. Pada saat itu, saham masing-masing perusahaan akan dihapus.

Mitsubishi Motors, yang 34% sahamnya dimiliki oleh Nissan, juga akan memutuskan pada akhir Januari 2025 apakah akan bergabung dalam diskusi merger ini.

Para investor berharap merger ini dapat terlaksana lebih cepat, mengingat dominasi perusahaan seperti BYD terus meningkat. Namun, dengan berbagai tantangan yang ada, langkah Honda dan Nissan untuk menyatukan bisnis mereka di China tampaknya tidak akan mudah.

Merger antara Honda Motor dan Nissan Motor memberikan peluang besar untuk meningkatkan daya saing mereka di pasar kendaraan listrik. Namun, tantangan struktural, finansial, dan operasional di China harus diatasi terlebih dahulu. Dengan waktu yang terus berjalan, keputusan cepat dan strategi yang matang akan menjadi kunci keberhasilan merger ini di masa depan.

Jika keberatan atau harus diedit baik Artikel maupun foto Silahkan Laporkan! Terima Kasih

Ikuti kami :

Tags

Related Post

Ads - Before Footer