Tren Penurunan Pengguna Platform Kesehatan Digital: Apakah Era Telehealth Akan Berakhir?

Aliefmedia, Jakarta – Setelah mengalami lonjakan pengguna yang signifikan selama pandemi COVID-19, platform kesehatan digital kini menghadapi tantangan baru: penurunan jumlah pengguna. Fenomena ini memunculkan

Redaksi

Aliefmedia, Jakarta – Setelah mengalami lonjakan pengguna yang signifikan selama pandemi COVID-19, platform kesehatan digital kini menghadapi tantangan baru: penurunan jumlah pengguna. Fenomena ini memunculkan pertanyaan serius mengenai keberlangsungan bisnis telehealth atau telemedis di masa mendatang. Apakah ini pertanda era keemasan telehealth akan segera berakhir?

Gambar Istimewa : indotelko.com

Data dari Lokadata.id menunjukkan tren penurunan yang konsisten dalam tiga tahun terakhir. Pada tahun 2022, sebanyak 82% responden menggunakan platform kesehatan digital. Angka ini menurun menjadi 78% pada tahun 2023, dan kembali merosot ke angka 69% pada tahun 2024. Penurunan ini tentu menjadi perhatian khusus bagi para pelaku industri telehealth.

Chief Data Officer Lokadata.id, Suwandi Ahmad, bahkan tidak menutup kemungkinan bahwa bisnis telehealth dapat memasuki masa sunset, serupa dengan model bisnis daring lainnya yang pernah berjaya kemudian meredup. Pernyataan ini tentu memberikan gambaran akan risiko yang dihadapi para pengelola platform kesehatan digital.

Namun, Suwandi juga tetap optimis bahwa skenario terburuk ini tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Ia meyakini bahwa generasi digital native yang tumbuh dan berkembang dengan teknologi daring merupakan potensi pasar yang sangat besar bagi layanan kesehatan berbasis teknologi.

“Saat ini, kita memiliki potensi pasar yang sangat besar dari generasi digital native. Mereka memiliki purchasing power yang tinggi dan sudah terbiasa menggunakan layanan daring,” ungkap Suwandi. Pernyataan ini memberikan secercah harapan bagi industri telehealth untuk tetap bertahan dan berkembang.

Survei yang dilakukan Lokadata.id pada tanggal 30 November hingga 7 Desember 2024 dengan melibatkan 1.762 responden juga mengungkap fakta menarik. Sebagian besar pengguna aplikasi telehealth ternyata menggunakan lebih dari satu aplikasi. Hal ini menunjukkan bahwa persaingan di antara platform telehealth semakin ketat.

Lonjakan penggunaan platform kesehatan digital selama pandemi COVID-19 memang tidak dapat dipungkiri. Namun, Suwandi menekankan bahwa penurunan minat publik terhadap aplikasi kesehatan pasca pandemi bukan berarti masyarakat sepenuhnya kembali ke jalur konvensional. Lebih tepatnya, hal ini menunjukkan bahwa layanan kesehatan konvensional yang telah kembali beroperasi seperti sebelum pandemi kembali menjadi pilihan masyarakat.

Survei tersebut juga mengungkap beberapa kekhawatiran yang masih dirasakan oleh pengguna telehealth. Sebanyak 52% responden merasa kurang yakin dengan diagnosis dokter melalui telehealth. Sementara itu, 29% responden merasa lebih nyaman berinteraksi langsung dengan tenaga kesehatan.

Selain masalah diagnosis dan interaksi personal, beberapa faktor lain juga menjadi pertimbangan pengguna telehealth. Kekhawatiran akan kebocoran data dirasakan oleh 26% responden, dan perubahan jadwal dokter yang sering terjadi menjadi masalah bagi 17% responden. Faktor-faktor ini perlu menjadi perhatian serius bagi para pengelola platform telehealth untuk meningkatkan kualitas layanan dan membangun kepercayaan pengguna.

Penurunan tren penggunaan platform kesehatan digital memang menjadi tantangan tersendiri bagi industri telehealth. Namun, dengan memahami faktor-faktor penyebab penurunan tersebut dan berfokus pada peningkatan kualitas layanan, kepercayaan pengguna, dan pemanfaatan potensi pasar generasi digital native, bisnis telehealth masih memiliki peluang untuk terus berkembang di masa mendatang. Kuncinya adalah inovasi dan adaptasi terhadap perubahan kebutuhan dan preferensi masyarakat.

Jika keberatan atau harus diedit baik Artikel maupun foto Silahkan Laporkan! Terima Kasih

Ikuti kami :

Tags

Related Post

Ads - Before Footer