Aliefmedia, Aplikasi TikTok resmi tidak lagi tersedia di Amerika Serikat setelah keputusan Mahkamah Agung AS menguatkan undang-undang baru yang melarang aplikasi tersebut. Langkah ini menjadi puncak dari konflik hukum panjang yang melibatkan ByteDance, perusahaan induk TikTok yang berbasis di China. Donald Trump, presiden yang baru dilantik pada 20 Januari 2025, memberikan pernyataan yang mengindikasikan kemungkinan bantuan bagi platform populer ini.
Gambar Istimewa : rri.co.id
TikTok Offline untuk Pengguna di AS
Pada Sabtu malam (18/1/2025), TikTok mulai tidak dapat diakses oleh pengguna di Amerika Serikat. Aplikasi tersebut hanya menampilkan pesan bahwa larangan telah diberlakukan, mengikuti aturan yang disahkan oleh pemerintah. Keputusan ini menimbulkan respons beragam, terutama dari generasi muda dan para kreator konten yang selama ini mengandalkan TikTok sebagai platform utama mereka.
“Kami beruntung bahwa Presiden Trump telah mengindikasikan keinginannya untuk bekerja sama dengan kami guna menemukan solusi,” tulis TikTok dalam sebuah pernyataan resmi. Pernyataan ini muncul bersamaan dengan kabar bahwa Trump berencana memberikan masa penangguhan larangan selama 90 hari untuk memberi ruang negosiasi.
Upaya Hukum dan Keputusan Mahkamah Agung
Sebelum aplikasi resmi ditutup, ByteDance telah melakukan berbagai upaya hukum untuk melawan undang-undang ini. Namun, pada Jumat (17/1/2025), Mahkamah Agung memutuskan mendukung undang-undang yang mengharuskan ByteDance untuk melepaskan kepemilikan TikTok jika ingin terus beroperasi di AS. Pengadilan menyatakan bahwa kebijakan tersebut tidak melanggar hak Amandemen Pertama ByteDance.
Langkah tegas pemerintah AS ini diambil dengan alasan keamanan nasional, mengingat kekhawatiran bahwa data pengguna TikTok di AS dapat diakses oleh pemerintah China. Gedung Putih mengungkapkan bahwa solusi terbaik adalah jika TikTok dimiliki oleh perusahaan Amerika.
Donald Trump dan Hubungannya dengan TikTok
Dalam pernyataan terbarunya di media sosial, Donald Trump menyebut bahwa ia telah berbicara dengan Presiden China, Xi Jinping, mengenai TikTok dan sejumlah isu perdagangan lainnya.
“Harapan saya adalah kita bisa memecahkan berbagai masalah ini bersama-sama, dan memulai langkah positif dari sekarang,” tulis Trump.
Indikasi dari Trump untuk memberikan penangguhan selama 90 hari menjadi sinyal positif bagi TikTok dan penggunanya di AS. Trump juga diharapkan akan mengumumkan detail rencananya setelah pelantikan resminya sebagai Presiden AS.
Implikasi Penutupan TikTok
Penutupan TikTok di AS tidak hanya berdampak pada para penggunanya, tetapi juga pada ekonomi kreator konten dan perusahaan yang selama ini menggunakan platform tersebut untuk pemasaran. Dengan lebih dari 100 juta pengguna aktif di AS, TikTok menjadi salah satu platform media sosial terbesar yang kini kehilangan basis pengguna utamanya di negara tersebut.
Meskipun ada peluang negosiasi dalam waktu dekat, situasi ini tetap menjadi peringatan bagi perusahaan teknologi global mengenai tantangan geopolitik dan regulasi di era digital. Keputusan akhir terkait masa depan TikTok di Amerika Serikat kini berada di tangan pemerintah Trump dan ByteDance.