Aliefmedia, Raksasa e-commerce asal China, Shein, dikabarkan akan melakukan penawaran saham perdana (IPO) di Bursa Efek London (LSE) pada April 2025. Langkah ini menjadi strategi baru setelah upaya sebelumnya di Amerika Serikat (AS) menemui berbagai hambatan. Sorotan tajam anggota parlemen AS terkait dugaan hubungan Shein dengan pemerintah China serta isu-isu ketenagakerjaan menjadi alasan utama perusahaan ini mengalihkan pandangannya ke Inggris.
Gambar Istimewa : akamaized.net
Namun, keputusan menuju LSE ternyata bukan tanpa tantangan. Anggota parlemen senior Inggris turut menyampaikan kekhawatiran terkait rantai pasok dan kondisi kerja di perusahaan ini. Laporan investigasi oleh BBC mengungkapkan adanya dugaan pelanggaran serius di pabrik-pabrik pemasok Shein di Jiangxi, China. Salah satu temuan mencengangkan adalah pekerja perempuan berusia 49 tahun yang mengaku bekerja selama 10 hingga 12 jam sehari dengan istirahat yang sangat minim, bahkan pada hari Minggu. Selain itu, pabrik-pabrik tersebut sering mempekerjakan tenaga kerja sementara untuk memenuhi permintaan tinggi yang datang dari Shein.
Kontroversi Ketenagakerjaan dan Keberlanjutan
Shein juga menghadapi kritik global terkait praktik ketenagakerjaan dan dampaknya terhadap lingkungan. Majalah Time menyoroti Shein sebagai salah satu pelaku utama dalam industri fast fashion, yang dikenal menghasilkan limbah dalam jumlah besar dan merusak lingkungan. Aktivitas ini semakin menambah daftar panjang kritik terhadap model bisnis perusahaan yang fokus pada produksi cepat dan murah.
Tak hanya di tingkat internasional, Shein juga sempat menjadi perhatian di Indonesia. Mantan Menteri Komunikasi dan Informatika, Budi Arie Setiadi, pernah melarang akses platform ini ke pasar Indonesia. Ia menyebut bahwa model bisnis direct to consumer yang diusung Shein berpotensi menghancurkan keberadaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) lokal. Kebijakan ini mencerminkan kekhawatiran akan dampak sosial dan ekonomi yang ditimbulkan oleh Shein.
Tantangan Menuju IPO di London
Dengan segala kontroversi yang melingkupi perusahaan, langkah Shein menuju IPO di Bursa London tampaknya tidak akan mudah. Investor di Eropa dan Inggris semakin memperhatikan faktor environmental, social, and governance (ESG) dalam setiap keputusan investasi mereka. Jika Shein gagal meyakinkan para pemangku kepentingan bahwa mereka mampu mengatasi isu-isu ini, rencana besar mereka di LSE bisa terancam.
Namun, Shein tampaknya tetap optimistis. Perusahaan ini kemungkinan besar akan mencoba memperbaiki citranya dengan mempublikasikan inisiatif baru terkait keberlanjutan dan hak pekerja. Langkah ini diperlukan untuk memperkuat posisi mereka di tengah sorotan global.
Masa Depan yang Tidak Pasti
Meski rencana IPO di London masih dalam tahap awal, Shein menghadapi tantangan berat dalam membangun kepercayaan publik dan investor. Sorotan terhadap pelanggaran hak pekerja dan keberlanjutan menjadi isu utama yang harus diatasi. Dalam persaingan ketat industri e-commerce global, hanya perusahaan yang mampu beradaptasi dengan tuntutan transparansi dan tanggung jawab sosial yang akan bertahan.
Jika berhasil melewati rintangan ini, IPO Shein di London bisa menjadi salah satu langkah penting dalam sejarah perusahaan. Namun, jalan panjang masih harus ditempuh, dan dunia akan terus memperhatikan bagaimana Shein menjawab kritik yang mengemuka. Akankah mereka mampu menjadikan IPO ini sebagai tonggak baru atau justru menghadapi tantangan yang lebih besar di masa depan?